Rabu, 12 Desember 2012

I-BOE


Duhai Ibu
Ketika seorang manusia engkau peras tenaganya
Bak seekor kuda
Kau pacu untuk mengejar waktu
Kau beri beban atas semua darimu
Kau teriaki
Kau lecehkan
Lalu kau acuhkan setelah semuanya usai
Apakah tidak terbersit iba dalam hatimu
Bukankah setiap orang memanggilmu "Ibu"

Duhai Ibu,
Ketika seorang manusia telah lelah atas bebanmu
Telah sengsara atas teriakanmu
Telah tak punya daya lagi atas tuntutanmu
Dia datang padaku
Wajahnya memerah
Nafasnya terengah-engah
Kata-katanya tak lagi punya arah
Dia marah.....
Tanpa melihat siapa aku
Tanpa memandang apa aku
Tumpahan murka atas segala lecutmu
Di ludahkan ke wajahku
Di serukan ke telingaku
Karena aku tak pernah tersulut pada
Bara api yang dia semburkan
Karena.....aku juga dia panggil "Ibu"

Hai Ibu,
Tak perlu kau lengoskan wajahmu kepadaku
Karena wajah manusia yang kau anggap kuda itu lebih buruk dari wajahmu
Tak perlu kau henduskan nafasmu kepadaku
Karena nafas manusia yang kau anggap kuda itu lebih busuk dari nafasmu
Darahmu yang berwarna merah sepertinya sangat hitam
Darahmu yang berwarna merah seperti berbau anyir
Aku tak sesuci dirimu namun tak lebih busuk dari ego-mu

Tahukah Ibu,
Tuturnya menghibakan hatiku
Air mukanya mengharukan jiwaku
Aku tak pernah membuatnya seperti kuda
Sehingga saat aku bertatap mata
Juga beradu kata
Nadanya bergetar memanggilku "Ibu"
Maafkan atas emosiku....katanya

Wahai Ibu,
Segelas anggur kau nikmati setiap teguknya
Sedang anakmu, segelas air putihpun cukuplah
Asal kau ikhlas memberi dengan jemarimu yang lembut
Asal kau ikhlas memberi dengan senyummu yang tulus
Bukankah kursi empukmu terasa nyaman karena dia yang membantumu membersihkan

Ah.....Ibu
Kudamu telah lelah berlari
Kudamu telah letih mengangkat beban
Kudamu telah mati pikir dan mati daya
Mohon perkenan atas belas kasihmu
Bayarkan pengganti tenaganya
Sebelum kering keringatnya
Bukankah kau....seperti juga diriku
Kerap dipanggil mereka....... "Ibu"

Banjarmasin 30 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar