Senin, 14 Oktober 2013

Terulang

Masih kamu ulang kisah lalu itu ?
Sedangkan aku sudah bersenandung lagu baru
Ditingkah irama hidup yang tak sama seperti dulu
Bahkan imajinasiku puntak lagi berada di dekatmu
Apalagi dalam jiwamu.....

Masih terulang semua tentangmu ?
Aku sudah mulau bosan membaca riwayat hidupmu
Yang berbeda jauh dari kehidupanmu yang kutahu
Sejak kamu pisahkan antara benar dari kebenaran
Sejak kamu sisihkan antara rindu dari kerinduan
Aku bukan lagi se-naif  yang kau kenal dulu
Sebab waktu menggantikan segalanya tentangmu

Masih berulang kisah yang dulu ?
Kau sakitkan lagi sebuah hati karena cinta
Kau terlantarkan lagi sebuah setia karena cinta
Kau tinggakan lagi sebuah duka karena cinta
Padahal karenanya kau lupa pada semua tentang kita

Masih kudengar ulang cerita dulu.....
Kapan kamu akhiri peredaran roda hidupmu
Yang dari waktu ke waktu hanya mengumbar maumu
Padahal roda kehidupan yang sesungguhnya
Bukan pada ujung telunjuk dan bukan pada kepalan tanganmu

Terkadang,
Aku banyakbersyukur bila tidak mendengar tentangmu............

Banjarmasin,  Oktober 2013

Senin, 07 Oktober 2013

MAK.....NANYA

Disinilah langkah itu berakhir,
Pikirku sambil melipat mukenah dan Sajadah
Sebab bayangmu kian mengabur
Dan do'a-do'aku tidak lagi berbentu
Setiap aku sebut kebaikan-kebaikan untukmu

Di waktu inilah harap itu berhenti
Kataku dalam hati
Sembari menutup pintu kamar
Membiarkan kegaduhan di luar semakin ramai
Sedang aku berada dalam gelap yang tak tahu
Harus berbuat apa lagi

Riak tawamu sekilas menggema dalam relung ingatku
Lalu hilang ditelan tawa bocah perempuan kecil yang kupandang dari jauh
Sedang gemuruh hati ini kian membuat arimataku luruh
Semua harus diakhiri dengan satu ucapan 
Kamu Memang Tak Pantas Kutunggu

Adios....
Kulupakan tentangmu
Dari ujung rambut hingga bayanganmu

DEAREST.....KAMU

Dearest kamu
Yang kini tak bisa banyak bicara
Bagaimana rasanya
Ketika lara menyapamu
Dikarena cinta menjauh
Sedang kau tak mampu berbuat apapun
Untuk merengkuh kembali asamu
Hingga memenuhi relung cintamu lagi
Padahal samudera belum usai kau arungi
Terasakah sudah
Perihnya airmata mengaliri
Setiap jengkal torehan luka
Yang kamu sendiri memulai
Coret belati pada hati
Yang semula tak ingin menjadi pesaingmu

Dearest kamu
Yang kini banyak menyapa bimbang
Menyeru dalam kelabilan
Menyeruak diantara derai tawa yang tak bersuara
Andai terdengarpun
Jelas tidak lagi indah iramanya
Sudah berasakah tetes airmata
Yang berkarat karena rindu yang terabaikan
Padahal bara cinta begitu hangat menyala
Sedang bekunya hati
Kian membuat yang satu menjadi retak seribu
Tanpa bisa tersusun lagi
Tanpa bisa terurai lagi
Tanpa bisa disebut lagi

Aku bukan pesaingmu
Karena aku tak pantas bersaing denganmu
Sedang kamu
Tak sebanding untuk beradu denganku
Karena aku
Tak pernah menganggapmu hadir di kehidupanku
Meski nama dan bayangmu
Berpendar dalam setiap memori yang terukir
Pada kelopak mawar merah
Yang satu demi satu luruh
Akibat kau renggut tangkai
Dari kedua tanganku
Yang pernah menggenggam dengan ketulusan

Dearest kamu
Yang kian tersudut kesunyian
Batu tempatmu dulu berpijak kian menenggelamkanmu pada kenyataan
Bahwa lautan luas ini
Sudah penuh airmataku dahulu
Tak layak menampung laramu
Sebab tak sebanding dengan laraku
Yang tercipta karena nafsumu

Aku,
Dalam bahagiaku
Tak kan menodai nurani
Hanya untuk
Membalaskan duka-dukaku
Kau tercipta
Karena nafsumu
Untuk mengalahkanku
Bertahun-tahun yang lalu

Dearest kamu
Bagiku Tuhanku bukan pualam
Yang dingin tak mau tahu
Tapi DIA lebih tahu
Siapa kamu
Siapa aku
...............................................................nikmatilah semuanya
sesudah semuanya..................................................................



Banjarmasin,  7 Oktobber 2013

Minggu, 28 Juli 2013

TANPA JUDUL

Barangkali kamu lupa diri
Pembatas antara kamu dan aku adalah pengalaman
Pembeda antara aku dan kamu adalah kedewasaan
Dan itu
Menjauhkan jarak kata antara kita

Aku tidak menjadikan kekayaan ilmuku tameng bagi siapapun
Karena aku peroleh ilmu itu
Atas mauku bukan mau orang lain......
Kamu
Menjatuhkan keilmuan ku dengan cibiran mulutmu
Karena tidak memahami makna dari ilmuku

Untuk apa ujaran ini diteruskan
Kalau kemudian hanya memberangus ilmuku
Dan mengikis habis kesabaranku
Sebab ternyata kamu berkata tanpa berilmu

Tempat ini,
Ternyata bukan tempat yang layak untuk dibanggakan
Sebab hanya berisi tuntutan dan tuntutan
Sedangkan di alam nyata
Semua berjalan sempurna tanpa ada keluh kesah dari mana-mana

Tempat ini,
Bukan tempat sharing ilmu
Melainkan tempat menumpahkan segala nafsu

Tabik....aku akan pergi dari lingkaranmu

Senin, 04 Maret 2013

ATAS NAMA

Atas nama yang paling benar
Kamu berani berdiri di depan
Lalu menunjukkan jari kesana-kemari
Menuding mereka-mereka yang dikatakan salah
Walau kamu mengerti
Tanah tempatmu berpijak
Lebih tahu siapa yang sebenarnya tidak benar

Atas nama yang merasa benar
Kamu berani berteriak paling lantang
Menyuarakan kegalauan
Berteriak kesana kemari
Memercikkan amarah sesuka-suka hati
Walau kamu sadar
Langit tempatmu berteduh
Lebih tahu siapa yang sebenarnya tidak benar

Aku mulai muak dengan suaramu
Aku mulai muak dengan lantangmu\
Aku mulai muak dengan telunjukmu
Aku mulai muak dengan kesukaanmu
Aku mulai muak justru dengan kebenaran atas kebohonganmu..............

Tanah tempatku berpijak
Langit tempatku berteduh
Tahu siapa kamu
Dengan segala tipu muslihatmu

Minggu, 20 Januari 2013

Hmmmmmmhhhhh....

Aku tidak haus kekuasaan
Jadi tak perlu ku bertempur melawan setiap ambisi
Dan tak perlu aku melukai perasaan siapa pun
Sebab Yang Maha Kuasa lebih berhak atas kuasa ku
Daripada kuasa siapa pun terhadap ku

Aku tidak haus penghormatan
Sehingga tak perlu kuberperang melawan setiap penghinaan
Dengan meneriakan sebuah pembenaran
Sebab Yang Maha Benar lebih berpihak pada benar ku
Daripada benar dalam dusta atasku

Aku tidak haus pujian
Sehingga tak perlu ku bertarung dengan berjuta keinginan
Dengan mengharap pujian dan menjatuhkan orang melalui cara yang tak terpuji
Sebab Yang Maha Memuji lebih baik memberi pujian
Daripada sebuah umpan pujian yang memabukkan

Aku tidak haus
Lalu kenapa kau begitu bersikeras memberiku segelas pengharapan
Lalu kenapa kau begitu bersikukuh memberiku sepoci pujian
Sedang dirimu
Tak mengenal aku
Sebaik yang memberi hidup atas diriku