Rabu, 01 Februari 2012

Pelajaran hidup jilid 2 ditulis Uniek M. Sari

Di saat bocah-bocah di belehan bumi
Tempat aku berpijak ini
Berlari-lari kecil main kejar-kejaran dengan sesama teman
Bocah-bocah kecil di ranah Minang
Berlari lebar-lebar
Kejar-kejaran dengan maut
Yang datang
Tanpa mengucap kata pembuka

Sementara jerit-jerit yang terdengar
Bukan tanda suka dan bahagia yang menggema
Melainkan kengerian yang tak dapat dihantarkan menjadi sebuah cerita
Dan tangisan yang tiada lagi bersuara
Pendaman atas duka
Yang tak dapat lagi disebut jumlah bilangannya

Wahai...
Allah Azza Wa Jalla baru menjentikkan jari
Bumi luluh lantak
Kerabat hilang kerabat
Kemegahan hancur tanpa bisa dikenali lagi
Langit menyemburatkan warna merah darah
Dan laut
Membiarkan ombaknya tanpa arah yang jelas

Bukan diri yang bersalah
Melainkan hidup memang bergantung pada kuasa NYA
Bukan pula bumi yang marah
Melainkan hidup memang diatur dalam genggaman NYA
Terlalu sederhana kalau aku hanya turut berduka cita
Saudaraku memerlukan tidak hanya sekedar ucapan bela sungkawa
Melainkan tongkat kebajikan agar dirinya bisa tenggak lagi
Juga dinding kasih sayang agar saudaraku bisa bangkit dalam hidupnya lagi

Hari ini,
Sehelai lagi catatan hidup
Tergores dalam hati siapapun yang melihatnya
Saat kasih sayang sudah seharga dengan angka
Saat kebajikan sudah bergeser dari porosnya
Aku menerima satu lagi pelajaran
Bahwa hidup
Jangan hanya dipandang milik kita semata

 2 Oktober 2009 pukul 17:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar